Temu Pengelola Bank Sampah Se-Kabupaten Semarang di DWL

Keterangan foto:

Kepala Desa Lerep, Sumariyadi ST memberikan sambutan dalam Temu Pengelola Bank Sampah Unit se-Kabupaten Semarang di Pokdarwis Rukun Santoso Desa Wisata Lerep di Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Minggu (10/12). ()


Program Kampung Iklim di Desa Lerep Diapresiasi

- Temu Pengelola Bank Sampah Se-Kabupaten Semarang di DWL


UNGARAN - Program Kampung Iklim (ProKlim) yang dilaksanakan di Desa Lerep mendapat apresiasi dari Dinaas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Semarang. Dalam Temu Pengelola Bank Sampah Unit (BSU) se-Kabupaten Semarang di Pokdarwis Rukun Santoso Desa Wisata Lerep, Kabid Peningkatan Kapasitas DLH Kabupaten Semarang, Dwi Kuspriyati mengatakan, Desa Lerep layak menjadi percontohan. 

''Lerep adalah desa kreatif yang mendukung program pelestarian lingkungan. Ada TPS 3R. Ada bank sampah, ada penanaman berbagai pohon buah, dan sebagainya. Kami juga kembangkan desa Proklim yang di dalamnya ada bank sampah. Nanti kami link-kan,'' kata Dwi Kuspriyati, Minggu (10/12) di Pendapa Pertemuan Desa Wisata Lerep. 

DLH juga mengapresiasi pengelola BSU se-Kabupaten Semarang yang peduli pada pengelolaan sampah. Mereka dinilai aktif melakukan pertemuan sendiri. ''Untuk peningkatan kapasitas dan pelestarian lingkungan, paguyuban pengelola Bank Sampah Unit periode 2023-2026 ini kami kukuhkan di Desa Wisata Lerep,'' tutur wanita yang akrab disapa Bu Kus itu. 

Dalam kegiatan bertema Ngelongi, Nganggo, Ngolah itu, sekaligus dilakukan pengukuhan Paguyuban Pengelola Bank Sampah Unit se-Kabupaten Semarang. Terpilih sebagai ketua paguyuban Kundori dari Desa Lanjan, Sumowono, Sekretaris Sri Ngatmilah (Lerep, Ungaran Barat), dan bendahara Budi Astuti.

''Desa Lerep termasuk luar biasa. Di setiap lomba, Desa Lerep selalu nomor satu. Budaya aktivitas dan kepedulian warganya luar biasa. Banyak predikat. Misalnya juara Desa Sadar BPJS Ketenagakerjaan tingkat nasional,'' ucapnya. 

Menurutnya, dengan adanya Bank Sampah Unit bisa membantu Pemkab Semarang dalam pengelolaan sampah, menggerakkan ekonomi, dan menambah pendapatan. 


Kades Lerep, Sumariyadi mengatakan, pihaknya konsisten melakukan upaya-upaya Program Kampung Iklim dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca. ''Warga dibuat happy dulu. Sebelum bergerak dan gotong-royong, diajak menari dan menyanyi sehingga senang dan tak ada keterpaksaan. Di Lerep ada bank sampah, ada paket wisata hasta karya berbahan limbah, digabung dengan seni budaya,'' kata Kades Lerep. 

Dijelaskan, pihaknya ingin ProKlim dimulai dari RT, RW, kecamatan, hingga kabupaten. Jika sudah tertata, akan menjadi hal yang luar biasa untuk Kabupaten Semarang. 

ProKlim merupakan program yang memberikan pengakuan terhadap partisipasi aktif masyarakat yang telah melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang terintegrasi, sehingga dapat mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca nasional dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim.

Kegiatan beradaptasi dapat dilakukan salah satunya dengan menanam pohon untuk menghindari longsor dan polusi udara serta pembuatan sumur resapan. Selain itu, upaya mitigasi atau pengurangan efek gas rumah kaca dapat dilakukan dengan hemat energi, tidak konsumtif, mengelola sampah, dan efisiensi penggunaan transportasi.


Ketua Paguyuban Pengelola Bank Sampah Kabupaten Semarang, Kundori mengatakan, ada 170 anggota BSU yang tercatat. ''Namun sebagian mulai kurang semangat. Temu pengelola ini sebagai upaya menjalin kembali silaturahmi dan memberikan semangat kepada pejuang pengelola sampah ini agar terus aktif dan semangat. Harapannya Kabupaten Semarang mendapat Adipura. Selain itu, lingkungan desa bersih, ada tambahan pendapatan keluarga, dan banyak relasi,'' paparnya. 

Penurunan semangat karena dampak Covid-19. Acara tersebut memberi motivasi pengelolaan bank sampah pascacovid oleh aktivis pengelola sampah, Halimah