Sega Iriban Ludes Diserbu Pengunjung Pasar Kuliner Desa Lerep

UNGARAN - Dokter Margareth penasaran dengan menu sega iriban yang populer di Pasar Kuliner Jajanan Ndesa Tempo Doeloe di Embung Sebligo, Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Pasar kuliner yang digelar setiap penanggalan Jawa, Minggu Pon itu buka sejak pukul 07.00 hingga 11.00. ''Mungkin saya agak kesiangan. Jadi, sega iribannya sudah habis. Saya masih kebagian es dawet durian yang juga sangat enak dan laris manis,'' tutur dokter asal Kota Semarang itu, Minggu (7/1/24).

 

Pengunjung lainnya asal Kelurahan Pedurungan, Kota Semarang, Agus (55) datang bersama istri dan tiga anaknya sekitar pukul 09.30. ''Saya juga ingin mencicipi kuliner tradisional. Tadi ke sini ternyata sudah banyak yang habis. Saya kebagian kupat tahu dan kopi khas Indrokilo, Desa Lerep, dan penganan khas lainnya,'' ujar dia yang memperoleh informasi Pasar Kuliner Desa Lerep melalui berita di internet. Menurutnya, jumlah papan penunjuk arah Pasar Kuliner di Embung Sebligo Desa Lerep masih perlu ditambah untuk memudahkan pengunjung dari luar Kabupaten Semarang.  


Ya, setiap Minggu Pon mulai pukul 07.00, Pasar Kuliner Desa Lerep diserbu warga dari berbagai daerah. Ada hampir 20 lapak yang dikelola warga Desa Lerep menjajakan berbagai sajian makanan minuman tempo dulu khas Desa Lerep. Ada sega iriban, kupat tahu campur, lotek, soto bening, gorengan, jajan pasar, dawet durian, kopi asli Desa Lerep, teh daun kopi, dan sebagainya.  


Pemilik lapak sega iriban, Darmi warga Sebligo, Lerep mengatakan, setiap buka di Pasar Kuliner dia membuat hampir 200 porsi. Harga per porsi Rp 10 ribu. ''Dengan harga tersebut bisa menikmati nasi iriban dengan lauk daging ayam, ikan asin, tempe, gudangan, serta trancam cikra-cikri dan kacang panjang,'' tuturnya. Sega iriban dibungkus estetis dengan daun jati dan daun aren sehingga mudah dijinjing. 


Manajemen Pasar Kuliner Desa Lerep, Yunanto menjelaskan, dalam setiap transaksi hampir tembus di angka Rp 10 juta. ''Kami menggunakan koin dari kayu pinus dan bathok kelapa untuk alat transaksi. Pengunjung menukar uang dengan koin sesuai nilai uang tersebut untuk digunakan sebagai alat pembelian,'' tuturnya. Pihaknya bersyukur, pasar kuliner masih diminati banyak orang dari berbagai daerah