
Pemdes Bleberan Studi Banding ke Desa Lerep
UNGARAN - Kekompakan warga Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, disebut-sebut sebagai kunci sukses kemajuan Desa Wisata Lerep (DWL) yang beroperasional sejak 2015. DWL kini memiliki paket wisata menarik yang banyak dikunjungi pelajar, mahasiswa, instansi, dan masyarakat umum. Hal itu ditegaskan Kades Lerep, Sumariyadi ST saat menerima kunjungan studi banding dari Pemerintah Desa Bleberan, Playen, Gunungkidul, Sabtu (2/12) siang.
''Menggerakkan masyarakat desa harus senantiasa komunikatif. Kades dan BPD harus seiring sejalan. Saya mengajak dolan
warga harus ada manfaatnya, karena pakai uang rakyat. Misal belajar pengelolaan homestay, kini di Desa Lerep ada 63 rumah untuk homestay,'' kata Sumariyadi dalam acara Studi Banding Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa dan BPD Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul di Lantai 2 Bumdes Desa Lerep.
Pihaknya senang ada tamu dari Jogja yang berkunjung ke Lerep. Menurutnya, kegiatan itu bukan studi banding tapi Pemdes Bleberan, Playen, Gunungkidul hanya ''tilik'' ke Lerep. Setengah berkelakar, Kades Lerep itu menyebut, kedatangan Pemdes Bleberan ingin ''mengevaluasi'' program Lerep yang berguru ke Desa Nglanggeran, Yogyakarta. ''Karena kiblat budaya dan wisata kami adalah Jogja. Lerep kuat di desa wisata bukan destinasi wisata. Saya berguru di Nglanggeran, guru kami. Modal kami modal kompak,'' tuturnya.
Dijelaskan, Desa Lerep menyukai lomba. Pernah juara nasional Desa BPJS. Yang terbaru, kata Kades Lerep, pihaknya masuk 15 besar Desa Brilian nasional yang diselenggarakan BRI Pusat. ''Jika menang hadiahnya Rp 1 miliar. Saat ini kami final 15 besar Desa Brilian. Tanggal 9 Januari 2024 saya ke Jakarta, ke BRI Pusat,'' ucapnya.
Hadir dalam acara tersebut Ketua BPD Lerep Mardoyo, Sekdes Lerep Sri Lestari, PKK Lerep, Direktur Bumdes Lerep Susiyanto, serta perangkat Desa Lerep.
Kades Bleberan, Playen, Gunungkidul, Bambang Fajarudin mengatakan, maksud tujuan Pemdes Bleberan ke Lerep adalah menjalin silaturahmi. ''Kedua, kami ingin belajar hal-hal yang belum bisa kami aplikasikan kami bawa pulang ke Beleberan. Kalau melihat letak geografis Lerep tak jauh beda dengan kami. Kami juga punya potensi SDA,'' ucap dia. Selain itu, pihaknya ingin studi manajemen pengelolaan keuangan, penataan kawasan, dan sebagainya. ''Kita berbagi ilmu yang bisa kami adopsi. Kami ingin peningkatan kapasitas,'' harapnya.
Dikatakan, Desa Bleberan menggunakan istilah desa menjadi kalurahan. Lalu, Sekdes berubah sebutan menjadi Carik, Bendahara (Danarta), Kasi Perencanaan (Pangripta), Kasi Kesra (Kamituwa), Kasi Pembangunan atau Sosial (Ulu-ulu), Kaur Umum (Tata Laksana), dan Kasi Pemerintahan atau Keamanan (Jagabaya).
''BPD menjadi Bamuskal atau Badan Musyawarah Kalurahan, Kadus menjadi Dukuh. Namun, secara nasional kami masih pakai istilah desa/ kades,'' tutur Bambang didampingi Ketua Bamuskal (BPD) Bleberan Sumarjuni. Dalam rombongan tersebut terdiri atas 30 orang dari unsur PKK Bleberan, Dukuh, kaur/ kasi, dan Bumdes. ()